Notification

×

Iklan

Iklan

Sejarah Wali Songo: Sunan AMPEL Pencetus Dakwah Moh Limo

Wednesday, March 4, 2020 | 14:01 WIB Last Updated 2020-03-04T07:01:13Z
 
Sejarah Wali Songo: Sunan AMPEL Pencetus Dakwah Moh Limo
Sejarah Wali Songo: Sunan AMPEL Pencetus Dakwah Moh Limo
Pada tahun 1401 di Champa lahir anak lelaki bernama Sayyid Muhammad ‘Ali Rahmatullah. Itulah nama lahir salah satu Walisongo yang lebih dikenal dengan nama Raden Rahmat atau Sunan AMPEL. Sayyid Muhammad ‘Ali Rahmatullah adalah putra Maulana Malik Ibrahim alias Sunan Gresik yang mengikuti jejak ayahnya berdakwah di tanah Jawa.
 
Sebelum mencapai Trowulan, Ibu Kota Kerajaan Majapahit, Sayyid Muhammad ‘Ali Rahmatullah singgah untuk berdakwah ke Palembang di Sumatera, berlanjut ke Tuban di tanah Jawa, kemudian pada tahun 1443 Masehi tiba di Majapahit. Sunan Ampel diminta Raja Majapahit untuk mendidik rakyat jelata dan para bangsawan agar memiliki budi pukerti yang mulia. Bahkan Sayyid Muhammad ‘Ali Rahmatullah berjodoh dengan Dewi Condrowati atau Nyai Ageng Manila yang merupakan putri dari adipati Tuban yaitu Arya Teja. 
 
 Dari pernikahannya dengan Dewi Condrowati beliau mempunyai putra dan putri. Yaitu, Maulana Makhdum Ibarhim (Sunan Bonang), Raden Qasim (Sunan Derajat), Siti Syari’ah atau Nyai Ageng Maloka, Siti Mutma’innah dan Siti Hafsah. Dari pernikahannya yang kedua dengan Dewi Karomah binti Ki Kembang Kuning, beliau mempunyai beberapa putra-putri. Yaitu, Dewi Murtasiyah (istri dari sunan Giri), Dewi Murtasimah (istri Raden Fattah), Raden Husamuddin (Sunan Lamongan), Raden Zaenal Abidin (Sunan Demak), Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2).
 
Dari pernikahan itu, kemudian nama Sayyid Muhammad ‘Ali Rahmatullah lebih dikenal dengan sebutan Raden Rahmat. Metode dakwah Raden Rahmat dikenal dengan istilah Moh Limo, artinya tidak mau melakukan lima hal yang di larang oleh agama, yaitu Moh Mabok, Moh Main, Moh Madon, Moh Madat, Moh Maling. Moh Mabok artinya tidak mau melakukan mabuk dengan meminum khamr atau minuman keras.
 
Moh Main artinya tidak mau melakukan permainan judi, sabung ayam, dan lain-lain. Moh Madon artinya tidak mau melakukan zina. Moh Madat artinya tidak mau memakai narkoba. Moh Maling artinya tidak mau mencuri dan sejenisnya.
 
Keberhasilan Raden Rahmat mendakwahkan Moh Limo, menyebabkan beliau diperkenankan menyiarkan agama Islam di wilayah Surabaya bahkan di seluruh wilayah kerajaan.
 
Majapahit. Dalam perjalanan menuju Surabaya, rombongan Raden Rahmat melalui desa Krian-Wonokromo hingga memasuki Kembang Kuning. Selama dalam perjalanan beliau juga bedakwah kepada penduduk setempat yang dilaluinya. 
 
Cara berdakwah yang digunakan saat itu cukup unik, yaitu beliau membuat kipas yang berasal dari anyaman rotan, kipas tersebut kemudian beliau bagikan kepada masyarakat setempat secara gratis. 
 
Cara tersebut terus beliau lakukan hingga memasuki Desa Kembang Kuning, yang saat itu masih berupa hutan belukar dan banyak rawa-rawa. Raden Rahmat beserta rombongan kemudian membuka hutan, dan mendirikan masjid sederhana. Kelak di kemudian hari, masjid sederhana tersebut sudah berkembang menjadi masjid besar dan bagus, dan diberi nama Masjid Rahmat Kembang Kemuning. Di Kembang Kuning Raden Rahmat berinteraksi dengan dua tokoh masyarakat, yaitu Ki Waryo Sarojo dan Ki Bang Kuning. Kedua tokoh tersebut dan keluarganya masuk Islam. Hal ini membuat kegiatan dakwah Raden Rahmat semakin kondusif.
 
Begitu sampai di tujuan, hal pertama beliau lakukan adalah membangun masjid sebagai pusat kegiatan ibadah. Karena beliau menetap di Ampeldenta, kemudian Raden Rahmat lebih dikenal sebagai Sunan Ampel.
 
Selain mendirikan masjid, Sunan Ampel juga mendirikan pesantren sebagai tempat untuk mendidik putra bangsawan. Selain dari kalangan bangsawan, murid-murid Sunan Ampel kebanyakan dari kalangan rakyat biasa. Bahkan beberapa anggota Walisongo merupakan murid beliau. Salah satu murid Sunan Ampel yang terkenal adalah Mbah Sholeh, seorang petugas kebersihan masjid Ampel yang perfeksionis. Sehingga, tidak ada satupun debu yang menempel di lantai masjid. Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.
 

No comments:

Post a Comment

Karawang Portal | adalah tempat belajar blogger pemula dan profesional. Kamu bisa menemukan kami di sosial media berikut.

Note: Only a member of this blog may post a comment.

×
Berita Terbaru Update